Rabu, 28 Desember 2016

PENGEMBANGAN PARIWISATA di KABUPATEN NGAWI DENGAN MULTIPLIER EFFECTS YANG BERBASIS SYARIAH



PENGEMBANGAN PARIWISATA di KABUPATEN NGAWI
DENGAN MULTIPLIER EFFECTS YANG BERBASIS SYARIAH







Disusun Oleh :
1. Indriana Mega Kresna
2. Firdha Pratiwi
3. Langen Dian Pratiwi



SMAN 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015




LEMBAR PENGESAHAN


MAKALAH YANG BERJUDUL :
PENGEMBANGAN PARIWISATA di KABUPATEN NGAWI
 DENGAN MULTIPLIER EFFECTS YANG BERBASIS SYARIAH


Telah Disahkan untuk Diikutkan dalam
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
EKONOMI ISLAM di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta






Mejayan, 16 Maret 2015
Mengesahkan





Drs. YAYUK NURYANTO, M.Pd
NIP. 19650428 198903 1 005






KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyusun karya  ilmiah yang berjudul “Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ngawi dengan Multiplier Effects yang Berbasis Syariah”. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang sektor pariwisata yang dikemas menggunakan sistem ekonomi syariah dengan Multiplier Effects.  Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung hingga terwujudnya karya tulis ini, terutama kepada :
1. Kepala SMAN 1 Mejayan Bapak Drs. Yayuk Nuryanto,M.Pd yang telah memberi dukungan kepada kami dalam pembuatan karya tulis ini.
2. Ibu Sudjati Jantri, S.Sos, M.Pd, Dipl.Ed sebagai guru pembimbing yang telah memberikan arahan akan karya tulis ini.
3. Orang tua yang selalu mendukung dengan do’a restunya sehingga karya tulis ini dapat digunakan sebagai referensi untuk masyarakat.
4. Teman teman yang selalu memberi semangat. 
5. Pada semua pihak yang telah membantu serta mendorong penulis dalam penyusunan karya ini. Semoga amal kebaikan Bapak/Ibu sekalian mendapat pahala yang setimpal disisi Allah S.W.T Amin
Penulisan karya ini masih banyak kekurangan, karena itu segala tegur sapa untuk perbaikan tulisan selalu penulis harapkan. Demikianlah semoga tulisan ini ada guna dan manfaatnya bagi semua pihak.  

Mejayan,  16 Maret 2015
 Penulis  



KETERANGAN GURU PENDAMPING DAN PESERTA LKTI

1.      Nama            :    Sudjati Jantri, S.Sos., M.Pd., Dip. Soc. Stud
TTL              :    Madiun, 27 Mei 1971
Alamat         :    Jl. Raya Balerejo no. 111. RT. 05/RW.01 Desa Balerejo,
                          Kec. Balerejo, Kab. Madiun
Profesi          :    Guru Sosiologi SMAN 1 Mejayan
Keterangan   :    Guru pendamping
2.      Nama            :    Indriana Mega Kresna
TTL              :    Ngawi, 15 November 1997
Alamat          :    RT 01 RW 02, Desa Karangjati, Kec. Karangjati,  Kabupaten Ngawi
Profesi          :    Pelajar
Keterangan   :    Peserta LKTI
3.      Nama            :    Firdha Pratiwi
TTL              :    Tangerang, 19 April 1998
Alamat         :    RT. 01 RW. 01 Desa Babadan, Kec. Pangkur, Kab. Ngawi
Profesi          :    Pelajar
Keterangan   :    Peserta LKTI
4.      Nama            :    Langen Dian Pratiwi
TTL              :    Ngawi, 18 Mei 1998
Alamat         :    RT. 03 RW. 04 Desa Babadan, Kec. Pangkur, Kab. Ngawi
Profesi          :    Pelajar
Keterangan   :    Peserta LKTI


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DARI SEKOLAH............................................. ........ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
KETERANGAN GURU PENDAMPING DAN PESERTA LKTI.............. ...... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... ...... iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... ....... v
BAB I      PENDAHULUAN.......................................................................... ....... 1
1.1         LATAR BELAKANG........................................................... ....... 1
1.2         LANDASAN TEORI............................................................ ....... 2
1.3         RUMUSAN MASALAH……………………………………                    3
1.4         TUJUAN PENULISAN……………………………………..                    3
1.5         MANFAAT PENULISAN.................................................... ....... 3
BAB II    PEMBAHASAN............................................................................. ....... 5
2.1     KONDISI LOKASI WISATA di NGAWI.......................... ....... 5
2.2    PENERAPAN MULTIPLIER EFFECT
         PADA LOKASI WISATA di DAERAH NGAWI…….............. 7
BAB III   PENUTUP....................................................................................... ..... 13
3.1     KESIMPULAN..................................................................... ..... 13
3.2     SARAN.................................................................................. ..... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ..... 14



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pariwisata adalah sebagai industri yang berkembang cepat di dunia saat ini. Di sejumlah negara, baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang pariwisata digerakkan sebagai perekrut tenaga kerja yang sangat besar dan menjadi sumber pendapatan ekonomi yang sangat besar. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan kepariwisataan adalah kegiatan yang mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pengunjung. Dilihat dari pengertian tersebut dapat digambarkan bahwa sebagian besar dari kegiatan pariwisata  adalah berupa kegiatan manusia yang bersifat memenuhi keinginan manusia, terutama kebutuhan primer bukan lagi semata-mata kebutuhan sekunder apalagi kebutuhan tersier.
Sistem pengemasan dibidang pariwisata dapat diterapkan dengan pola pengembangan  prinsip ekonomi syariah dengan metode Multiplier Effects. Multiplier effects adalah suatu kegiatan yang dapat memacu timbulnya kegiatan lain. Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa industri pariwisata akan menggerakkan industri-industri lain sebagai pendukungnya. Komponen utama industri pariwisata adalah daya tarik wisata berupa destinasi dan atraksi wisata, perhotelan, restoran dan transportasi lokal. Sementara komponen pendukungnya, mencakup industri-industri dalam bidang transportasi, makanan dan minuman, perbankan, atau bahkan manufaktur. Semuanya dapat dipacu dari industri pariwisata (Glasson 1990).
Indonesia memilki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih mematangkan pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian pembangunan ekonomi, sehingga perlu diupayakan pengembangan sektor pariwisata dengan sistem ekonomi syariah dengan metode bagi hasil secara rata tanpa adanya penumpukan keuntungan pada satu orang saja.
Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada dengan memanfaatkan metode Multiplier Effects, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata.

1.2  Landasan Teori

1.      Teori pariwisata menurut UNESCO, 2009.
Pariwisata didefinisikan sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan tujuan lainnya.

2.      Teori pariwisataan menurut UU No.10/2009.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

3.      Teori ekonomi kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008).
Ekonomi kreatif merupakan upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.

4.      Teori ekonomi kreatif menurut UNDP (2008)
Ekonomi kreatif  merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.

5.      Teori ekonomi syariah menurut Prof. Dr. M. Umer Chapra
Ekonomi syariah didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu dalam pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu (laissez faire) atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

6.      Menurut Fandeli (2001),
kObyek wisata adalah faktor yang paling menarik perhatian para pelaku wisata, dalam hal ini pengunjung, baik itu obyek wisata alam maupun budaya.


1.3 Rumusan masalah
1. Bagaimana kondisi lokasi wisata di daerah Ngawi?
2.Bagaimana pengelolaan multiplier effect pada lokasi wisata di daerah Ngawi sehingga dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan?


1.4 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui dimana saja daerah tujuan wisata yang ada dikota Ngawi.
2. Mengetahui cara meningkatkan sektor kepariwisataan dengan sistem ekonomi kreatif berbasis syariah.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan metode Multiplier Effects sebagai sarana pengembangan sektor kepariwisataan yang ada di Ngawi.

1.5 Manfaat penulisan
a.       Untuk pembaca :
1.      Menambah wawasan pengetahuan seputar potensi wisata khususnya yang ada di daerah Ngawi.
2.      Memberikan rasa keingin tahuan kepada pembaca tentang manfaat pengembangan pariwisata berbasis ekonomi syariah.
3.      Dapat memperoleh inspirasi baru dalam rangka pengelolaan pariwisata dengan sistem ekonomi kreatif berbasis syariah.

b.      Untuk penulis :
1.      Menambah ilmu pengetahuan tentang sektor kepariwisataan.
2.      Dapat menyalurkan aspirasi dan pendapatnya mengenai sektor pariwisata berbasis ekonomi syariah dikalangan masyarakat awam.
3.      Memberikan saran atau inovasi kepada pengelola sektor pariwisata yang ada di daerah Ngawi tentang pengelolaan pariwisata berbasis ekonomi syariah.


BAB II
PEMBAHASAN
 2.1 Kondisi lokasi wisata di daerah Ngawi
Ngawi adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.Kota Ngawi yang merupakan kota paling timur di Jawa Timur berbatasan langsung dengan wilayah Jawa Tengah. Kabupaten Ngawi yang sebagian wilayahnya berada di kaki Gunung Lawu tentunya memiliki berbagai jenis destinasi wisata alam seperti Kebun Teh Jamus dan Air Terjun Pengantin.
           Air Terjun Pengantin (ATP) di Ngawi merupakan salah satu tempat wisata yang masih perawan atau jarang terjamah oleh pegunjung. Air Terjun Pengantin dikenal dikalangan masyarakat setempat dengan sebutan ATP. ATP berlokasi di Dusun Besek, Desa Hargomulyo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Rumor yang beredar dimasyarakat bahwa air terjun ini dinamakan Air Terjun Pengantin karena dahulu kala pernah ada seorang wanita yang hendak menikah justru mengakhiri hidupnya lantaran sang calon suami meninggalkannya. Namun itu semua hanyalah mitos belaka, alasan mengapa air terjun ini diberi nama Air Terjun Pengantin adalah karena terdapat dua air terjun yang bersebelahan seperti sepasang pengantin. Awalnya masyarakat setempat menamai air terjun ini dengan nama Grojokan Ndungji/Jumog. Namun, dikarenakan saat ini air terjun tersebut terbagi menjadi dua (air terjun kembar), masyarakat setempat kemudian menamai air terjun tersebut sebagai Air Terjun Pengantin.
Kedua air terjun ini berada di daerah yang tinggi dan dikelilingi bukit-bukit yang di dominasi oleh tumbuhan semak belukar dan berbagai jenis pinus. Keindahan pemandangan  ATP yang mempesona menjadi daya tarik tersendiri dari obyek wisata ATP. Letak ATP yang berada di Desa Hargomulyo merupakan kawasan pedesaan yang masih asri.

Yang membuat ATP di Ngawi istimewa adalah pesona keindahan yang disajikan di Air terjun ini, memiliki 2 cabang celah yang dialiri air yang langsung jatuh ke kubangan yang dikelilingi oleh batu berukuran besar. Air yang ada di air terjun ini cukup dingin, sehingga sangat segar apabila digunakan untuk mandi dan yang tak kalah menariknya air yang mengalir dari tebing batu sangat jernih sehingga bisa langsung diminum. Jalan setapak menuju air terjun juga menantang adrenalin para pengunjung yang menyukai tantangan, karena jalan setapak ini masih didominasi oleh batu-batu dan jalannya pun naik turun serta berkelok-kelok. Off Road pun bisa menjadi tantangan tersendiri untuk para wisatawan. Sesekali kita dapat menikmati panorama hutan pinus serta persawahan yang masih eyecatching. Selain beberapa keistimewaan ATP tersebut, ada salah satu faktor yang paling spesifik yang menarik para wisatawan yaitu apabila ada sepasang kekasih yang mengunjungi ATP maka hubungan kedua sejoli ini akan langgeng. Namun mitos ini memang benar adanya, beberapa pasangan yang telah mengunjungi ATP mengaku bahwa hubungan mereka semakin langgeng setelah berkunjung ke tempat ini. ATP bisa menjadi pilihan destinasi wisata yang menarik untuk memanjakan mata dan pasti mampu memberikan rasa kepuasan tersendiri bagi wisatawan. Para wisatawan yang berkunjung ke ATP tidak mungkin merasa kecewa setelah datang ke tempat ini.
Selain menikmati keindahan pemandangan ATP, pengunjung juga dapat menikmati asrinya suasana pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Lokasi air terjun yang dikelilingi kawasan perbukitan sangat cocok untuk kegiatan camping ground, outbond, dan wisata adventure (off road).
Objek wisata yang tak kalah indah dari Air Terjun Pengantin ialah Kebun Teh Jamus. Kebun teh yang dikelola oleh PT Candi Loka ini menawarkan eksotika tersendiri bagi para wisatawan. Bernuansa tropis, hijau, sunyi, damai indah dan sejuk merupakan gambaran dari suasana perkebunan teh Jamus yang terletak di lereng Gunung Lawu sebelah utara, atau tepatnya di Desa Girikerto Kecamatan Sine 40 Km kearah Barat daya kota Ngawi. Akses untuk menuju kawasan agrowisata ini tergolong mudah karena sudah banyak penunjuk jalan serta medan yang  sudah beraspal. Selain sudah beraspal, luas jalan juga sudah cukup besar. Kawasan agrowisata ini tidak hanya meyajikan hamparan luas perkebunan teh khas jamus, tetapi terdapat pula sumber Lanang, goa Jepang, bumi perkemahan, Kolam renang anak dan Borobudur Hill. Borobudur Hill yaitu bukit setinggi 35,4 meter yang terlihat seperti lahan teh biasa, namun jika dipandang dari kejauhan nampak sebuah bukit mirip berbentuk candi borobudur. Selain itu ada air terjun Grojogan Songo Tuk Pakel, Ada pula makam tua pendiri Kebun Teh Jamus yaitu Van Der Rappart (1826-1910) asal Belanda.
Kebun teh jamus tidak hanya menyajikan pemandangan yang menawan, namun juga memiliki beberapa produk andalan. Pihak yang mengelola perkebunan ini (PT.Candi Loka) memproduksi teh dan air mineral Jamus. Teh bukan sembarang teh, Teh kas Jamus terkenal dengan teh putih serta teh aroma kopinya. Selain teh aroma kopi, juga terdapat jenis teh yang lainnya, seperti : teh original, teh hijau, benalu teh, dan lain sebagainya. Namun, teh putihlah yang menjadi primadona dan mampu mendatangkan omset luar biasa. “Teh putih merupakan salah satu teh herbal yang paling unggul di bumi, diambil dari pucuk pohon teh yang belum mekar benar. Pohon teh putih ini asli berasal dari China, dan konon teh putih merupakan salah satu rahasia teh yang ada di keluarga kerajaan-kerajaan di China, dimana teh ini mampu membuat peminumnya bisa berumur panjang.” Ujar seorang petani teh di Jamus.
Agrowisata yang berwawasan lingkungan hidup ini sebenarnya sudah diawali tahun 1993 dengan membangun kawasan kebun dan lingkungannya tetap alami dan lestari. Langkah yang ditempuh selain pemadatan populasi teh dengan berbagai koleksi klon juga program sejuta pohon pelindung yang akhirnya mampu meraih penghargaan tingkat nasional nominasi Kalpataru tahun 2004 kategori Pembina Lingkungan Hidup pada peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni 2004 di Istana Negara Jakarta.
Mengingat semakin padatnya kunjungan wisata ke Jamus, saat ini pengembangan sektor Agrowisata Jamus dengan berbagai fasilitas penunjang sedang dilaksanakan pembangunannya.

2.2  Pengelolaan multiplier effects pada lokasi wisata di daerah Ngawi
Pariwisata yang digadang-gadang sebagai sumber devisa, stimulan kegiatan ekonomi dan sebagai sumber dana pembangunan ini tentu harus dikelola dengan baik. Salah satu cara pengelolaan pariwisata ialah dengan menerapkan sistem multiplier effects.
Menurut Glasson (1990) multiplier effects adalah suatu kegiatan yang dapat memacu timbulnya kegiatan lain. Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa industri pariwisata akan menggerakkan industri-industri lain sebagai pendukungnya. Komponen utama industri pariwisata adalah daya tarik wisata berupa destinasi dan atraksi wisata, perhotelan, restoran dan transportasi lokal. Sementara komponen pendukungnya, mencakup industri-industri dalam bidang transportasi, makanan dan minuman, perbankan, atau bahkan manufaktur. Semuanya dapat dipacu dari industri pariwisata.
Multiplier effects   tentunya juga dapat diterapkan di kawasan wisata Air Terjun Pengantin dan Kebun teh jamus. Letak agrowisata Jamus dan ATP yang tidak begitu jauh dapat dijadikan sebuah paket wisata. Penerapan multiplier effects   yang menyangkut beberapa aspek harus dilakukan secara bertahap agar bisa terlaksana dengan baik. Pelaksanaan multiplier effects   dapat diawali dengan pembangunan infrastruktur atau perbaikan akses menuju daerah tujuan wisata. Akses yang baik tentu akan memudahkan dan memberi kenyamanan wisatawan saat sedang berlibur. Selanjutnya dapat dibangun tempat penginapan. Karena di daerah wisata Agrowisata Jamus merupakan wilayah pariwisata yang mengutamakan keaslian alam dan mengutamakan kelangsungan lingkungan hidup, pihak yang bersangkutan dengan pengelolaan wisata tersebut misalnya PT.Candi Loka sepakat untuk tidak membangun hotel dan vila. Hal tersebut tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya ialah kurangnya akomodasi di wilayah wisata tersebut.Sedangkan segi positifnya ialah terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat karena mereka dapat membuat sebuah home stay. Selain pengadaan homestay, bentuk akomodasi lain seperti restoran atau tempat makan serta pusat oleh-oleh juga harus tersedia di kawasan wisata. Yang tidak kalah penting adalah pembangunan sarana umum seperti masjid dan toilet umum. Sedangkan dari bidang aksesbilitas yakni dengan pengadaan biro perjalanan dan angkutan umum.
Pengadaan sistem multiplier effects   memiliki keuntungan yang cukup besar bagi masyarakat setempat. Dengan tidak adanya hotel, maka masyarakat dapat membuka homestay yang dapat mendatangkan pendapatan. Terdapatnya restoran, cafĂ© dsb juga merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat karena akan terdapat sebuah lapangan pekerjaan. Selain itu, pembangunan restoran, cafe, dsb tentu juga akan terkena pungutan pajak yang mana pajak tersebut nantinya akan dibayarkan kepada pemerintah dan akan digunakan untuk kepentingan umum yang pada akhirnya juga akan digunakan oleh masyarakat. Pengadaan jasa biro perjalanan dan angkutan umum juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Yang tidak kalah penting adalah pusat oleh-oleh. Pusat oleh-oleh yang menjadi salah satu unsur penting dalam kepariwisataan tentunya dapat membuka lapangan pekerjaan serta menjadi agen bagi masyarakat yang ingin memasarkan hasil karyanya baik yang berbentuk makanan, minuman ataupun souvenir yang lain. Adapun kepariwisataan sebagai stimulan kegiatan ekonomi dapat dibuktikan dengan adanya penerimaan devisa yang dibayarkan wisatawan kepada biro perjalanan, angkutan umum, restoran dan sebagainya memberikan dampak ekonomi yang lebih luas, sebutlah pembayaran gaji pegawai restoran, pembayaran listrik, pembayaran telepon, pembayaran supplier sayur mayur, buah-buahan, teh dsb., yang secara nyata dinikmati atau diterima bukan saja oleh kalangan pariwisata, melainkan juga kalangan petani (kaum marginal) yang menghasilkan jumlah penghasilan pariwisata yang berlipatganda dalam kontribusi terhadap pendapatan nasional.
Perkembangan ekonomi di bidang pariwisata telah mengalami peningkatan utamanya dalam bidang prasarana wisata. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun sesuai dengan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan. Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlukan koordinasi yang matang antara instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata. Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan pariwisata. Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja masyarakat.
Dengan adanya koordinasi antara pihak pemerintah dengan instansi pihak pengelola tempat wisata maka akan terjadi korelasi yang seimbang untuk meningkatkan pembangunan ekonomi pada sektor pariwisata. Dalam hal ini dapat diterapkan lewat sistem ekonomi kreatif yang berbasis syariah. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang berbasis islam dimana keuntungan mutlak dibagi rata sesuai jumlah anggota pengelola serta agar tidak terjadi penumpukkan kekeyaan pada salah satu pihak. Sedangkan ekonomi kreatif dapat diartikan sebagai ekonomi yang mengacu pada sesuatu yang baru serta bermanfaat bagi masyarakat.
Potensi pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata di Indonesia masih belum dapat diterapkan secara optimal. Sangat sering ditemui desa wisata yang infrastrukturnya tidak siap untuk dikunjungi wisatawan. Kelemahan terbesar dari konsep desa wisata selanjutnya adalah minimnya upaya promosi dan tidak adanya kerjasama dengan industri kreatif untuk produksi souvenir. Wisatawan hanya sekedar datang dan pulang tanpa membawa sesuatu untuk dikenang atau untuk dipromosikan pada calon wisatawan lainnya. 
Masih kurangnya kerjasama antara sistem ekonomi kreatif dan sektor wisata dapat terlihat dari tiadanya tempat penjualan souvenir khas daerah. Kalaupun ada, tempat penjualan souvenir dan souvenir yang dijual terkesan biasa saja, dan dapat dengan mudah ditemukan di daerah lain. Atau, pada beberapa kasus, tempat penjualan souvenir berlokasi terlalu jauh dari tempat wisata yang menjadikan sektor kepariwisataan suatu daerah. Dan hal tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara pengelola dan pemerintah dalam upaya peningkatan pendapatan daerah dengan sistem ekonomi kreatif.
Untuk ekonomi syariah dapat diterapkan didaerah yang masih perlu penanganan secara efektif. Misalnya lokasi wisata pada daerah yang dijadikan milik bersama oleh masyarakat, ekonomi syariah dapat berperan sebagai metode pembagian hasil dari pengelolaan bersama secara adil dan merata. Begitu pula dengan pemanfaatan ekonomi kreatif, didaerah pariwisata tersebut dapat dibangun sebuah saung atau tempat yang menyediakan makanan dan minuman yang terjangkau harganya. Banyaknya pengunjung yang datang dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang didapat dari sektor pariwisata yang dikelola bersama ini.
Dengan menggunakan sistem Multiplier effects sektor kepariwisataan dapat dikemas dalam sebuah komunitas yang dikelola dan dikembangkan oleh pemuda Karang taruna setempat dengan bantuan dan koordinasi dari pihak PEMDA Ngawi. Kegiatan yang dilakukan, direncanakan dan dilaksanakan oleh para pemuda karang taruna, sehingga masing masing individu dapat menyalurkan aspirasinya.
Adapun kegiatan dari komunitas ini adalah   :
1.Pemberian edukasi mengenai penerapan ekonomi kreatif yang berbasis syariah kepada seluruh anggota komuntas.
2.Pelatihan kepada anggota komunitas mengenai tata cara pemroduksian sebuah barang, seperti souvenir.
3.Pembuatan souvenir atau oleh-oleh yang dilakukan oleh seluruh anggota komunitas yang diproduksi sesuai dengan standar yang baik serta mengindahkan ajaran-ajaran islam seperti pemilihan bahan makanan yang halal.
4.Pemasaran hasil produksi yang dilakukan secara jujur dan terdapat kesepakatan antara penjual dan pembeli tanpa ada pihak yang dirugikan.

            Komunitas ini harus memiliki sebuah struktur yang memiliki penanggung jawab. Selain itu, komunitas tersebut juga harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara, seperti : pemasokan barang produksi yang dibeli dari petani daerah setempat, serta penjualan produk pada toko-toko disekitar daerah tujuan wisata. Komunitas ini tidak hanya sebatas memberikan pelatihan dan memproduksi barang, namun juga menampung hasl karya masyarakat yang belum memiliki tempat pemasaran.
Komunitas yang menerapkan sistem ekonomi kreatif berbasis syariah harus didasari oleh prinsip syariah, yakni : kesatuan, keseimbangan, kebebasan, dan tanggung jawab. Masyarakat secara bersama-sama memproduksi suatu barang yang layak jual dan dapat dijadikan oleh-oleh khas dari daerah tersebut seperti teh aroma kopi dan teh putih dari Jamus serta Ledre dari kawasan wisata ATP.  Pembentukan komunitas tersebut memberikan wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan hasil produksinya bagi yang sudah memiliki usaha dan memberikan pelatihan serta pekerjaan bagi mereka yang masih menganggur. Pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan cara pengadaan produksi sebuah barang hasil dari kreativitas masyarakat dan barang tersebut merupakan barang yang hanya ada atau menjadi ciri khas dari daerah tujuan wisata yang ada, seperti : aneka jenis teh yang didapat dari wilayah agrowisata Jamus, Ledre dari daerah tujuan wisata ATP, batik Ngawi dan souvenir yang lain.
Penerapan ekonomi syariah dalam pembagian hasil pendapatan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat karena pembagian yang merata. Dengan begitu, kemungkinan untuk terjadi kesenjangan akan semakin kecil. Karena pada dasarnya ekonomi syariah tidak menghendaki adanya penumpukan kekayaan pada satu pihak saja melainkan memberikan keuntungan yang merata kepada semua pihak yang bersangkutan. Selain itu, dalam proses pemasarannya harus dilakukan secara jujur dan tidak ada pihak yang dirugikan.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas diatas, dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan merupakan salah satu sumber penerimaan suatu Negara yang dapat meningkatkan ekonomi serta taraf hidup masyarakat yang ada disekitar daerah tujuan wisata. Penanganan dan pengembangan secara berkala dan adanya kerjasama antara pemerintah, pengelola objek wisata serta masyarakat lokal menjadi faktor penentu meningkatnya pendapatan daerah dari sektor kepariwisataan yang ada. Peningkatan kepariwisataan sendiri dapat diterapkan melalui metode ekonomi kreatif yang berbasis syariah yang mengacu pada pengembangan Multiplier effect. Dengan meningkatkan pembangunan, perbaikan fasilitas umum serta pembagian pendapatan yang merata memicu adanya korelasi yang stabil.

3.2  Saran
Perlu komitmen yang kuat untu membangun kepariwisataan di Ngawi dengan basis ekonomi syariah dan kesungguhan dalam berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan daerah kabupaten Ngawi.

                                                                          Daftar Pustaka
Jejak wisata . Pengertian Multiplier effects dalam industri pariwisata

G-excess. 2008. Pengertian dan arti ekonomi makro

Eli Yuniasih. 2014. Pengertian ekonomi islam atau ekonomi syariah
Ekonomiplaner.blogspot.com/2014/06/pengertian-sistem-ekonomi-islam.html, 10 Maret 2015

Fundibisnis. 2014. Pengertian ekonomi kreatif

Wahyurinal.2011.Sistem ekonomi islam

Rhoni Khoiron.Multiplier effect dalam pariwisata


Rendy Bayu Aditia.2012.Sistem multiplier effects dan industri kreatif
Ngawi News.2012.Wisata Kebun Teh Jamus

Warta Wirasaha.2012.Aneka Teh Jamus

Lilianto.2014.Air Terjun Pengantin