Sumbang Do’a Hari Raya
Pendidikan Indonesia
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam
kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” Tan Malaka
Indonesia, dalam
pembukaan konstitusi tertingginya menyatakan bahwa nusantara juga memiliki
tujuan untuk mencerdaskan. Mencerdaskan kehidupan bangsa lebih tepatnya. Lalu,
yang dimaskud mencerdaskan kehidupan bangsa itu, bangsa yang mana? Bangsa kaya
yang bisa membeli kursi untuk duduk di kelas dengan nyaman? Atau bangsa serba
pas-pasan yang bahkan untuk makan besok pun, mereka tidak bisa merencanakan?
Indonesia, sudah banyak
catatan-catatan yang mengisahkan tentang carut marut pendidikannya. Guru yang
tidak kompeten, korupsi hingga menghabiskan dana lebih dari Rp1,3 triliun,
hingga kesesatan moral yang mulai menjangkit para pendidik hingga yang dididik
sekalipun.
Pernah dengar tentang
pemerataan pendidikan?
Apa kabar saudara-saudara
kita di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar ? Sudah ada bangunan sekolah
saja sudah syukur. Gedung sekolah pun hanya satu atau dua, terlebih dengan
bangunan seadanya; dinding yang tidak mampu menahan angin, juga atap yang tidak
dapat membendung air hujan, bocor disana-sini, berbanding terbalik dengan
sekolah-sekolah yang terletak di kota besar, seakan mereka yang bernasib hidup
di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar jadi anak tiri. Jangankan bicara
masalah kurikulum, bisa punya buku dan ada Bapak/Ibu guru yang menjalankan
kegiatan belajar mengajar saja sudah jadi berkah yang teramat disyukuri.
Doakan saja, semoga masih
ada harapan tentang pemerataan pendidikan yang berubah jadi kenyataan.
Pernah dengar tentang masalah
mutu pendidikan?
Dalam Tap MPR RI
tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembanguan pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tapi apa, yang terus naik
bukan mutunya, tapi bayarnya! Makin hari makin mahal, Lur. Tapi “mutu” yang
dijanjikan tak kunjung terasa sepadan. Jadi, dalam hal ini, mutu apa yang
dijanjikan ? Guru dan dosen lama-lama banyak yang berperilaku seenaknya. Murid
juga tidak mau kalah. Cubit sedikit lapor polisi. Ditegur sedikit orang tua
merasa tidak terima. Dimana letak “mutu”nya ? Mutlak, Indonesia darurat mutu
pendidikan., butuh revolusi mental yang radikal, yang bisa membenahi akal
pemikiran agar bisa kembali ke arah yang benar.
Doakan saja, semoga
mutu pendidikan yang digaung-gaungkan akan mengalami perbaikan itu dapat
menjadi sebuah realisasi, tidak cuma jadi sekedar mimpi.
Pernah dengar tentang
transparansi dana pendidikan?
Trasnparansi pendidikan,
halah, mahasiswa mungkin sudah jengah. Mereka hanya ingin tahu, kemana aliran
dana yang mereka bayarkan melalui UKT yang merupakan singkatan dari Uang Kuliah
Tunggal itu. Tapi makin lama makna UKT seolah mengalami pergeseran esensi, jadi
Uang Kuliah Tinggi, apa benar begitu, Pak, Bu? Mahasiswa tidak akan pernah
berhenti menuntut transparansi. Apa salah kalau mereka ingin tahu kemana
uangnya pergi. Apakah uangnya dimanfaatkan untuk perbaikan sarana prasarana
pendidikan, atau dibuat beli jajan oleh birokrat kampus, kan mahasiswa tidak
tahu kejelasannya bagaimana. Kalau memang tidak ada apa-apa Pak,Bu, kiranya kan
transparansi bukan hal yang salah untuk dilakukan. Kalau tidak ada yang salah
dalam pengalokasian, kenapa harus ditutup-tutupi?
Doakan saja, senoga
permasalahan transparansi ini segera terlaksana secepatnya, jadi mahasiswa
tidak capek menuntut dan pihak kampus juga tidak capek dituntut mahasiswanya.
Pernah dengar tentang hak
untuk memperoleh pendidikan?
Pasal 28C ayat (1) menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”Pasal 31 ayat (1) menyatakan “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.”
Apa yakin, hak itu bisa
didapatkan oleh seluruh anak negeri? Masih banyak yang terlantar. Mereka yang
harusnya duduk memperhatikan pelajaran, banyak yang turun ke jalan membanting
tulang. Katanya setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan. Warga yang mana? Warga yang mana?! Semua berhak
mendapat pendidikan! Tapi kenapa masih banyak di antara mereka yang tidak bisa
merasakan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan, bahkan
hingga buta aksara dan gagap tidak tahu menahu tentang teknologi di abad ke 21
ini ?! Di mana hak mereka? Hilang direnggut para petinggi yang korup dana
pendidikan? Atau hak mereka memang sengaja dipangkas, dirampas, karena tidak
bisa membayar dengan nominal rupiah yang tinggi?
Doakan saja, semoga
seluruh rakyat bisa segera mendapatkan haknya untuk bersua dengan pendidikan
yang konon katanya dapat mempercerah masa depan. Doakan saja, semoga harapan
atas hak yang telah dijanjikan ini bukan sekedar fatamorgana.
Selamat Hari Raya
Pendidikan Nasional, Bung!
Doakan selalu, agar
dunia pendidikan segera menemukan titik terang.
Doakan juga, agar
benalu dalam tubuh pendidikan Indonesia segera menemui ajalnya.
Doakan dengan
khusuk,kawan; agar pendidikan benar-benar menjadi hal yang mampu menuntun ke
arah kebenaran, bukan sumber dari segala jenis kebatilan.
Sekali lagi ku ucapkan,
Nona-nona dan Tuan-tuan, Selamat Hari Raya Pendidikan !
“Hanya pendidikan yang
bisa menyelamatkan masa depan. Tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan,”
Najwa Shihab.
Indriana Mega Kresna,
Ikut peringatan 2 Mei,
tapi cuma jadi tim hore.
The Best Titanium Elements - Tithi Art
BalasHapusTithi Art · nipple piercing jewelry titanium Tithi titanium body jewelry Art at TI. titanium bmx frame The Ultimate titanium ore Guide. Tithi Art is black oxide vs titanium drill bits created by people of all ages, ages,
c223k8domwj838 horse dildo,Wand Massagers,realistic dildo,dildos,black dildos,wolf dildo,bulk sex dolls,dildos,realistic dildo h355x5suotx495
BalasHapus